News Update :

Rumah Adat Mamuju yang Memprihatinkan

Kamis, 12 Januari 2012



Beberapa tahun lalu, bersamaan dengan peristiwa hilangnya pesawat Adam Air di perairan Majene, saya mengunjungi Sulawesi Barat untuk pertama kalinya dan saya begitu terkagum- kagum pada bangunan adat nan elok di salah satu sudut Ibukota Propinsi pemekaran Sulawesi Selatan itu. Kala itu saya hanya bisa menikmati keindahannya dari luar karena kondisi kedatangan saya sangat tidak tepat untuk belajar mengenai budaya Sulawesi Barat.



Awal bulan Mei 2010 selepas menghadiri acara Kompasiana nangkring di Makassar, saya langsung meluncur ke Sulawesi Barat dan berkesempatan untuk mendekati rumah adat Mamuju sambil berharap saya mendapat informasi lebih banyak lagi tentang sejarah Kerajaan Mamuju.



Tetapi alangkah kagetnya saya ketika memasuki kompleks rumah adat mamuju, dikolong rumah adat penuh dengan sampah yang jelas jarang dibersihkan, dan rumput ilalang hampil menutupi seluruh area kompleks rumah adat dari muka dan dari belakang. Bahkan ketika saya datang rumah raja dan rumah joa (rumah pengawal) dijadikan sebagai kantor sementara KPU Mamuju karena kantor lama KPU terbakar.
Rumah raja mamuju dibangun tanpa menggunakan paku, tetapi menggunakan pasak untuk menyatukan balok-balok kayu dan papan-papan untuk menciptakan bangunan yang megah, namun sayang, semua itu tidak terpelihara dengan baik.
contohnya saja ketika saya menaiki rumah raja sambil berharap didalam rumah saya bisa melihat pusaka atau benda-benda bersejarah Kerajaan Mamuju, tetapi justru yang saya dapati adalah kekecewaan. Meskipun Pintu Utama Rumah Raja terbuka, tetapi didalamnya kosong, hanya salah satu sudut ruangan saja yang diberi sekat dari tripleks penuh tempelan kertas yang sepertinya pengumuman KPU atau apa dan di sudut lain saya melihat sebuah etalase kecil yang bersisi pakaian adat dan beberapa benda tanpa informasi yang jel tentang benda tersebut.
Kekecewaan saya tak sampai disitu, ketika saya mengelilingi kolong rumah raja, ada beberapa tiang yang tidak mulus lagi, penuh coretan dan tempelan, dan ketika melongok keatas, ada cendela rumah adat yang sudah hilang. kemudian ketika saya ingin memperoleh informasi tentang bangunan-bangunan kecil yang ada disekitar rumah adat, kekecewaan saya semakin memuncak.

Selain papan nama bangunan yang dapat saya baca, saya tidak mendapatkan informasi lebih, bahkan bangunan-bangunan kecil antara lain lumbung adi, pandai besi, kandang kuda, kandang rusa, pandai emas dan rumah joa disekitar rumah raja sangat tidak terawat dan dikerumuni ilalang.
Pertanyaannya sekarang adalah bagamana kelak generazi penerus dapat mempelajari bagian sejarah budayanya sendiri? Khususnya generasi penerus Mamuju. Apakah suatu saat nanti rumah kerajaan yang menjadi bagian dari Kerajaan Pitu Ba’nana Binanga dan menjadi simbol kebesaran warga Mamuju hanya akan menjadi bangunan kayu yang teronggok?

Rasanya sudah saatnya, sebelum bangunan bernilai historis tinggi itu merapuh, Pemerintah Kabupaten melakukan upaya-upaya untuk melestarikan rumah adat yang kondisinya saat ini sangat memprihatinkan itu demi kelestarian nilai-nilai budaya Mamuju di masa mendatang.


Sumber : kompasiana
Share this Article on :
 

© Copyright Mamuju Utara 2010 -2011 | Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates | Powered by Blogger.com.